JAKARTA, KOMPAS.com - Layanan berbasis lokasi berhasil mencuri perhatian pengguna perangkat ponsel di Indonesia, karena dianggap memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aplikasi mobile Blue Bird merupakan salah satu contoh aplikasi digital berbasis lokasi yang sukses di Indonesia. Aplikasi Blue Bird dipakai pengguna untuk memesan taksi. Menurut Noni Purnomo, Presiden Direktur Blue Bird Group, setiap harinya ada sekitar 6.000 sampai 8.000 pemesanan taksi Blue Bird dengan aplikasi yang tersedia di platform Android, iOS, Windows Phone, dan BlackBerry. Meskipun, pemesanan taksi lewat sambungan telepon jauh lebih besar, sekitar 25.000 pemesanan setiap harinya. Pihak Blue Bird sendiri berharap semakin banyak pengguna yang memanfaatkan layanan dari aplikasi ini. “Kelebihan memesan taksi Blue Bird dari aplikasi digital adalah, pengguna tidak perlu antre di area publik,” kata Noni dalam diskusi Advertising Platform in Location Based Media yang digelar Asia Pacific Media Forum (APMFx) di Jakarta, Selasa (11/2/2014). Pengguna dapat mengetahui lokasi taksi terdekat yang sedang menjemputnya melalui peta digital di aplikasi yang telah terintegrasi dengan Global Positioning System (GPS) di taksi. Sehingga, pengguna dapat memantau dan memperkirakan kehadiran taksi yang dipesan. Blue Bird sendiri mengalirkan dana investasi Rp 50 miliar untuk sistem aplikasi, GPS, termasuk untuk call center dan sistem back end. Perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini juga berencana memberi layanan pembayaran online. Namun, menurut Noni, hal itu dimungkinkan jika jaringan telekomunikasi di Indonesia sudah merata dan andal. KOMPAS.com -- Juni lalu, Google mengakuisisi perusahaan aplikasi GPS sosial Waze dengan nilai yang mencengangkan, yaitu mencapai lebih dari 1 miliar dollar AS. Banyak pihak berspekulasi mengenai motif di balik pembelian perusahaan itu. Jawabannya kini mulai mengemuka. Seperti dilaporkan oleh The Verge, Google pada Selasa (20/8/2013) mengumumkan penerapan fitur pelaporan gangguan jalan secara langsung di aplikasi mobile Google Maps, mirip dengan yang terdapat pada Waze. Gangguan jalan dimaksud bisa bermacam-macam, seperti banjir, penutupan jalan, atau kecelakaan. Tujuan pelaporannya adalah memberi tahu pengguna Maps lainnya agar bisa menghindari daerah yang bermasalah. Fitur ini adalah salah satu ciri khas aplikasi peta sosial bikinan Waze. GoogleFitur pelaporan gangguan jalan ala Waze di Google Maps. Di Google Maps, yang menjadi pelapor kejadian bukanlah pengguna software itu sendiri, melainkan para pengguna Waze. Jadi, setiap kali anggota Waze melaporkan suatu kejadian, pemakai Google Maps juga bisa melihat laporan tersebut secara realtime. Namun, para pengguna Google Maps tak bisa memberi laporan, tetapi hanya melihat. Fitur ini akan mulai tersedia untuk pengguna Google Maps di Argentina, Brasil, Cile, Kolombia, Ekuador, Perancis, Jerman, Meksiko, Panama, Peru, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Wilayah-wilayah lain akan menyusul setelahnya. Timbal balik Selain "mengambil" fitur Waze untuk dipakai di software peta buatannya, Google juga menyumbang sejumlah teknologi untuk komunitas Waze. Google Search kini tersedia untuk pengguna Waze di iOS dan Android sehingga hasil pencarian bisa diperluas. Google juga menambahkan Street View dan gambar satelit pada Map Editor milik Waze untuk meningkatkan akurasi peta yang dibuat oleh para pengguna, sekaligus mempermudah proses perbaikan peta apabila ditemukan kesalahan. GoogleFitur Street View dan foto satelit dari Google di editor peta Waze. Dikutip dari Tech Crunch, perlakuan Google ini mencerminkan cara pandang raksasa internet tersebut terhadap perusahaan mapping yang baru dibelinya. Waze dan Google Maps tidak dilebur menjadi satu produk, tetapi dikembangkan secara terpisah. Waze berfungsi hampir seperti divisi pengembangan produk berbasis komunitas untuk Google Maps. Selama hubungan timbal balik antara Waze dan Maps berlangsung dengan lancar, pengguna kedua aplikasi dapat terus diuntungkan. JAKARTA, KOMPAS.com — Tak mudah mengungkap pembunuhan yang menimpa desainer tempat bermain, Feby Lorita (33). Pelakunya, Asido Parlindungan Simangunsong alias Edo (22), diringkus polisi pada Minggu (2/2/2014). Ia sebelumnya kerap memberikan keterangan berbeda. Namun, berkat alat global positioning system (GPS) yang terpasang di mobil Nissan March F 1356 KA, tempat ditemukannya jasad Feby, dapat ditemukan tempat terjadinya pembunuhan.
Kepala Polres Jakarta Timur Komisaris Besar Mulyadi Kaharni, Senin (3/2/2014), mengungkapkan, berkat GPS yang terpasang di mobil tempat jasad korban ditemukan, penyidik dapat menelusuri tindakan yang dilakukan terhadap Feby selama hampir sepekan. Dari penelusuran itu terungkap, Feby dibunuh pada Rabu, 22 Januari. Pembunuhan itu terjadi enam hari sebelum jasad Feby ditemukan di Nissan March yang diparkir di Jalan Pondok Kopi Raya, samping Tempat Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa, 28 Januari. Sesuai keterangan warga, mobil itu diparkir di samping TPU Pondok Kelapa sejak Sabtu, 25 Januari, pukul 04.00. Kunci terungkapnya pembunuhan ini, lanjut Mulyadi, diperoleh dari petugas keamanan di Apartemen Cibubur Comfort, tempat tinggal Feby, yakni berinisial Sl. Dari Sl diperoleh keterangan, pada Sabtu, 25 Januari, dini hari pula, Sl menyaksikan Edo yang juga tinggal di Apartemen Cibubur Comfort membawa aki mobil berwarna putih. ”Pada hari itu pula, Edo berpamitan kepada Sl keluar dari apartemen untuk pergi ke luar kota,” kata Mulyadi. Sebelumnya, nama Feby diperoleh dari identitas kepemilikan mobil Nissan March. Dari mobil itu pula, penyidik menelusuri keberadaan Feby yang diketahui sempat berpindah tempat tinggal hingga tiga kali, yakni dari Perumahan Kota Wisata ke apartemen di kawasan Cibubur, dan terakhir pindah ke Apartemen Cibubur Comfort. Dari penelusuran penyidik, aki warna putih yang dibawa Edo itu merupakan jenis aki yang identik dengan aki yang digunakan di mobil Nissan March. Sementara aki di mobil tempat jasad Feby ditemukan hilang. ”Setelah diperiksa, aki itu dibawa Edo untuk mengganti aki Daihatsu Xenia milik kakaknya,” kata Mulyadi. Dari petunjuk itu, penyidik dapat membuka tabir pembunuhan yang dilakukan Edo yang dikenal sebagai pengangguran oleh penghuni di Apartemen Cibubur Comfort. Di apartemen itu, Edo tinggal bersama kekasihnya. Seorang penghuni apartemen, Dedi (25), mengatakan, sejak Feby masuk apartemen tiga bulan sebelum pembunuhan, Edo terpancing untuk menaklukkan Feby. Tantangan itu dipenuhi Edo beberapa hari kemudian. Sebagai buktinya, Edo berdiri di balkon unit tempat tinggal Feby. ”Saat itu, saya hanya bilang, menang Edo,” kata Dedi. Sejak berkenalan dengan Edo, Feby kerap menyewakan mobilnya kepada kerabat Edo. Hingga Selasa, 21 Januari, sehari sebelum pembunuhan, Edo dan Feby berjalan bersama dengan menumpangi mobil Nissan March milik Feby itu. Di Cawang, Edo mengaku mengutarakan cintanya kepada Feby. Namun, Edo malah mendapat makian dari Feby yang kemudian memancing amarahnya. Edo memukul dan menonjok Feby sehingga satu gigi Feby patah. Edo pun merayu Feby agar tak melaporkan kejadian itu ke polisi. Agar Feby menuruti kemauannya, Edo mengajak Feby jalan-jalan hingga ke daerah Puncak, Bogor. Karena sudah larut malam, Edo membawa Feby menginap di rumah kakaknya di daerah Bojong Gede. Di rumah kakaknya itu, Edo menghabisi nyawa Feby lantaran Feby ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Edo menduga, Feby akan melarikan diri. Ia mengejar Feby sehingga terjadi pertengkaran di antara keduanya. Puncaknya, Edo mencekik Feby dan menusuk leher ibu satu anak itu dengan pisau dapur. Jasad Feby kemudian disimpan di bagasi Nissan March. Tiga hari lamanya, Edo menyimpan jasad Feby di dalam mobil itu sambil mencari tempat sepi untuk meninggalkan mobil itu. Hingga akhirnya, mobil itu ditinggalkan di samping TPU Pondok Kelapa dengan bantuan Daniel (28), saudara Edo. (MDN) MAGELANG, KOMPAS.com — Aksi kejahatan di wilayah hukum Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah bahkan mencatat, dalam 30 menit terjadi satu tindak kriminal. Kapolda Jawa Tengah Irjen Dwi Prayitno menyebutkan, pada tahun 2013 lalu tercatat ada 17.000 kasus kriminal. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 19.000 kasus. "Tingginya angka kriminalitas ini harus terus ditekan, antara lain dengan kegiatan preventif," kata Dwi seusai meresmikan satpras di Mapolres Magelang, Kamis (30/1/2014). Dwi meminta kepada seluruh jajarannya bekerja keras serta bersinergi dengan komponen lain untuk terus menekan angka kriminalitas tersebut. "Dengan sinergi kerja sama, pelaksanaan tugas tidak ada yang susah," tutur Dwi. Sementara itu, Kapolres Magelang AKBP Murbani Budi Pitono menambahkan, angka kriminalitas di wilayah hukum Kabupaten Magelang sudah bisa ditekan hingga 25 persen. "Tindakan kriminalitas yang kerap terjadi antara lain pencurian, perampokan, perampasan, dan kejahatan lainnya," sebut Murbani. Sejumlah program telah digalakkan Polres Magelang guna mengurangi angka tindak kejahatan, mulai dari patroli anggota Babinkamtibmas tiga kali sehari hingga kegiatan utamanya, antara lain patroli Sambang Poskamling yang dilaksanakan pukul 22.00-24.00 dan patroli Strong Point yang dilaksanakan pada jam rawan kriminalitas setiap harinya. "Setiap petugas dilengkapi dengan buku pedoman, kendaraan bermotor Back Bone yang sudah dilengkapi dengan dua buah kursi lipat, alat komunikasi, senjata api, dan GPS," papar Murbani. http://www.campusghanta.com/wp-content/uploads/2012/03/30-minutes-660x360.pngSelain itu, setiap seminggu sekali pihaknya juga mengadakan silaturahim dengan para tokoh masyarakat di tingkat desa untuk meningkatkan kegiatan poskamling SURABAYA, KOMPAS.com — Sebuah aksi pencurian mobil rental terdeteksi dengan bantuan alat global positioning system (GPS). Awalnya, Tri Wahono, pemilik rental mobil PT Putra Perdana Motor, di Jalan Karanglo 80, Malang, Jawa Timur, menghubungi Polrestabes Surabaya saat alat GPS di mobil yang digelapkan itu menunjukkan posisi di Surabaya. Polisi langsung mengejar dan menangkap pelaku pencurian. "Sebenarnya, saya pasang dua alat GPS di mobil, namun yang satu tiba-tiba mati. Kami langsung mengejar, apalagi mobil tersebut sudah jatuh tempo penyewaan," kata Tri Wahono, Selasa (7/1/2014). Menurut Tri, mobil Daihatsu Xenia dengan nomor polisi N 1353 GT itu dipinjam oleh dua orang wanita bernama Nita Setyowati dan Nur Indrawati pada 18 Desember lalu, selama seminggu. "Peminjam baru bayar uang muka Rp 2 juta, sisanya Rp 7 juta belum dibayar," kata Tri. Saat mobil diamankan anggota Satlantas Polrestabes Surabaya, diketahui pelat mobil sudah dipalsukan menjadi N 1858 GY. Selain memalsukan pelat mobil, pelaku juga memalsukan STNK mobil berdasarkan konfirmasi dari pihak RTMC Polda Jatim. Keyakinan polisi bahwa mobil tersebut adalah mobil rental yang digelapkan, juga dari adanya stiker PT Putra Perdana Motor yang masih menempel di mobil, yang merupakan rental pelapor. Dari penangkapan itu, polisi kini memeriksa Pudjito. Dia adalah anggota TNI AL yang bertugas di Lantamal V, selaku sopir mobil rental tersebut. SURABAYA, KOMPAS.com - Polisi menetapkan sopir bus Sugeng Rahayu jurusan Surabaya-Jogjakarta, Suyono sebagai tersangka dalam tabrakan bus yang menewaskan tiga orang di Jalan Raya Perak, Jombang, Kamis (27/12/2013). Tersangka dijerat Pasal 359 KUHP tentang kelalaian, dan Pasal 310 UU 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Hari ini, tersangka yang tercatat sebagai warga Karanganyar, Jawa Tengah itu ditahan di Mapolres Jombang. "Sementara dua awak bus selaku kondektur bus saat ini masih diperiksa intensif," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Polisi Awi Setiyono, Jumat (27/12/2013). Saat mendapat ancaman dari warga pasca-peristiwa tabrakan Kamis (26/12/2013) malam, sopir bus bersama awak busnya sempat melarikan diri. Namun warga berhasil menangkap dan sempat menghakiminya sebelum akhirnya diserahkan ke kantor polisi setempat. Tabrakan antara bus dan motor nopol S 3102 XC menyebabkan tiga nyawa melayang, seorang ibu dan dua anaknya. Khotimah (38) si pengendara tewas di lokasi, sementara dua anaknya Wahyudi (16) dan Santoso (5) meninggal di rumah sakit. Hasil olah TKP sementara, tim Dishub dan LLAJ Provinsi Jatim bersama polisi di lokasi kejadian menyebutkan, kecepatan bus yang melintas dari arah Surabaya itu hanya 32 kilometer/jam. Berdasarkan pantauan alat GPS dari kantor pusat perusahaan otobus bersangkutan, bus sempat menurunkan kecepatannya saat menyalip sedan di depannya lima menit sebelum tabrakan. Dari pantauan GPS, lima menit sebelum bertabrakan, bus melaju dengan kecepatan 53 kilometer/jam. JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, peristiwa salah tangkap aparat Polsek Tanjung Duren terhadap Robin (25) terjadi setelah polisi menangkap seorang pelaku pencurian mobil di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Korban ditangkap di RW 05, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (12/10/2013) malam. Kejadian berawal saat adanya laporan di Polsek Tanjung Barat mengenai pencurian dengan pemberatan terhadap mobil Daihatsu Gran Max Hitam B 7859 PJ dengan pelapor Krisdianta pada Sabtu (12/10/2013) pukul 20.20 dengan nomor laporan LP/228/X/2013/PMJ/Sek Tanjung Duren. Pada pukul 20.30, tim Buser Polsek Tanjung Duren melakukan pengejaran menuju lokasi kejadian sesuai dengan petunjuk global positioning system (GPS) yang terpasang pada mobil tersebut. "Di lokasi kejadian, anggota berhasil menangkap dan mengamankan mobil korban serta seorang laki-laki yang diduga pelaku bernama ZA alias Dul (32)," kata Rikwanto, Senin (14/10/2013) di Mapolda Metro Jaya. Saat diinterogasi, ZA mengaku mencuri dengan bantuan seorang temannya yang mengendarai mobil Daihatsu Terrios hitam, nomor polisinya tidak diketahui. Beberapa waktu kemudian, di tempat kejadian perkara melintas mobil serupa yang diduga teman pelaku ZA. Polisi segera mengejar mobil tersebut dan menghentikannya. "Dikejar, tapi tidak berhenti. Anggota lalu mengatakan, 'Saya polisi.' Tapi orang itu terus kabur sampai dilakukan tembakan peringatan ke atas dan anggota berteriak, 'Maling'," ujar Rikwanto. Rikwanto menyebutkan, warga di sekitar tempat kejadian membantu menghadang pengemudi mobil yang dikendarai oleh Robin tersebut. Menurut Rikwanto, Robin dihakimi oleh massa. Robin kemudian dibawa oleh polisi. Namun, ketika polisi menanyakan kepada ZA tentang sosok Robin, ZA menjawab tidak kenal. Robin kemudian dilarikan ke RS Pelabuhan, Koja, Jakarta Utara, untuk mendapatkan perawatan. "Seluruh biaya perawatan dan kerugian korban ditanggung oleh Polres Jakarta Barat. Kasusnya masih diselidiki, sementara pelaku pencurian (ZA) diamankan ke Polsek Tanjung Barat," ujar Rikwanto. Sementara itu, menurut pengakuan Robin, ia ditangkap dan dianiaya oleh polisi ketika ia hendak pulang ke Bekasi dari rumah kekasihnya di Koja, Jakarta Utara, Sabtu malam. Ketika tengah memanasi mobil Toyota Rush bernomor polisi B 1946 KOR miliknya, sebuah sedan parkir tepat di depan mobilnya. Sopir dan penumpang di samping sopir sedan itu turun dan menghampiri Robin yang berada di dalam mobil. Robin melihat orang yang menghampirinya membawa senjata. Karena takut ditembak, Robin membungkukkan badan. Tak lama, empat letusan terdengar, dan peluru menembus mobil, tetapi tak mengenai Robin. Robin pun spontan menginjak pedal gas dan melaju. Sekitar 15 menit membawa mobilnya, Robin berusaha mengamankan diri dengan segera masuk ke pos RW setempat. Ia berharap ada warga yang mengenalinya dan dapat menghubungi keluarga kekasihnya. Sekitar lima menit Robin berada di dalam pos RW, salah satu dari dua orang yang ternyata polisi masuk dan langsung memukul kepala Robin dengan gagang pistol berulang kali. Polisi itu masih saja menyebut Robin sebagai maling. Setelah diinterogasi sekitar satu jam, kedua polisi itu memastikan bahwa Robin bukan target yang dimaksud. Robin akhirnya dibawa ke RS Pelabuhan di Jakarta Utara untuk mendapatkan perawatan pada Minggu dini hari, sekitar pukul 00.30 WIB. Dua polisi yang menghadang, menembak, dan menghajar Robin pergi begitu saja. Akibat peristiwa itu, selain mobilnya rusak, Robin juga mengalami trauma dan mendapatkan 20 jahitan di kepalanya. Lengan tangan kanan dan pinggangnya memar terkena serpihan kaca yang ditembak, sementara telunjuk tangan kanannya pun retak. JAKARTA, KOMPAS.com - Nasib trio Kar (37), Nar (38), dan Rus (28) kiranya pas dengan peribahasa sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga. Sudah berulang sukses mencuri mobil, akhirnya tertangkap juga. Kali ini, komplotan ini "jatuh" karena posisinya terlacak perangkat global positioning system atau GPS. "Episode suram" itu bermula pada Minggu (6/10) sore. Rus dan Kar, tim survei di kelompok pencuri itu, menyatakan situasi aman. Targetnya Kijang Innova bernomor polisi B 1723 UFJ warna hitam yang parkir di depan rumah Jenny (49) di Jalan TPI I Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Jenny mengunci dan meninggalkan mobilnya untuk belanja. Sepulang berbelanja pukul 19.40, ia terkejut mendapati mobilnya raib. Dia lantas melapor ke Polsek Metro Penjaringan. "Para pelaku terekam CCTV (kamera pemantau) pos keamanan setempat. Mobil itu juga dilengkapi GPS sehingga bisa dilacak keberadaannya," kata Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, Selasa. Bersama tersangka lain yang belum tertangkap, yakni Edo, Kar, Nar, dan Rus tak menduga mobil yang mereka curi dilengkapi GPS. Anggota reserse pun melacak pergerakan mobil dengan bantuan Jenny. Empat jam setelah Jenny melaporkan kasus itu, para pelaku diketahui masih berada di DKI Jakarta. "Posisi mereka terpantau karena sistem mengirim koordinat. Kami menangkap ketiganya di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur," kata Suyudi. Kar, Nar, dan Rus ditangkap saat berusaha menjual mobil hasil curian. Sementara Edo yang diduga menjadi otak pencurian kabur. "Saya hanya bantu memantau situasi, Edo yang mencuri. Saya tak tahu mobil dijual ke siapa, berapa harganya," kata Rus. Kar senada, "Saya tak tahu apa-apa Pak!" Namun, kepada penyidik, tiga sekawan asal Indramayu, Jawa Barat, ini mengaku telah mencuri 10 mobil di wilayah Jakarta Utara selama setahun terakhir, 8 di Kecamatan Penjaringan, 1 di Kecamatan Koja, dan 1 lagi di Kecamatan Cilincing. Incar isi mobil Sementara itu, pelaku lain pada kasus berbeda yang tertangkap di Penjaringan mengaku hanya menyasar isi mobil. "Kami ambil bawaannya saja," kata AP (31), satu dari tiga pencuri yang tertangkap Polsek Metro Penjaringan, Rabu pekan lalu. AP, warga Palembang, Sumatera Selatan, babak belur dikeroyok massa karena ketahuan mencongkel pintu mobil di parkiran Rumah Sakit Pluit Penjaringan. Tiga pelaku lain kabur, tetapi dua di antaranya, yakni AS (18) dan AHS (34), tertangkap polisi di rumah kontrakan di Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu malam. Setelah merusak pintu mobil dengan kunci T, pelaku mengambil tas berisi tablet, laptop, telepon seluler, dan uang tunai yang disimpan korban, Hesna, di dalam mobil bernomor polisi B 800 RYN. AP sempat melarikan diri. Namun, warga dan anggota Polsek Metro Penjaringan mengejar dan menangkapnya. Para pelaku biasa mengincar calon korban beberapa hari sebelumnya. Mereka memastikan ada barang yang bisa dicuri kemudian parkir di sisi mobil calon korban. Setelah korban lengah, mereka merusak kunci pintu dan mengambil semua barang yang ada. Seperti Rus dan Kar yang direkrut Edo pada kasus pertama, AHS mengaku direkrut AP untuk membantu pencurian. "Saya dijanjikan kerja sebagai sopir. Tak tahu dapat jatah berapa. Ini baru sekali," kata AHS. Para pelaku dijerat Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama sembilan tahun penjara. Pelaku tertangkap berdasarkan GPS yang masih aktif dalam mobil curian. VIVAnews - Lima perampok spesialis kendaraan bermotor diringkus aparat kepolisian. Kelima orang pelaku itu dalah DW, URP, IKH, HR dan FT. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Jumat 2 Agustus 2013, mengatakan para pelaku tertangkap berdasarkan Global Positioning System (GPS) yang masih aktif dalam mobil curian mereka di saat melewati Tol Cikampek di daerah Cikarang. "Kami mendeteksi keberadaan pelaku dari mobil sewaan Toyota Avanza milik korban Joni Wijayanto yang GPS-nya masih aktif," kata Rikwanto. Rikwanto menjelaskan, Joni sebelumnya melapor telah menjadi korban perampasan mobil di daerah Cikarang. Joni mengaku dipepet oleh mobil pelaku yang ternyata mobil sewaan. Dia dipaksa untuk berhenti dan langsung ditodong oleh senjata api dan pisau. "Korban kemudian diikat dan sempat disetrum sampai kemudian dibuang di jalan tol," ucap Rikwanto. Polisi yang mendapat laporan kemudian melakukan pengejaran. Saat itu para bandit berada di daerah Mauk, Tangerang. Ketika akan dilakukan penangkapan, dua pelaku yakni HR dan FT mencoba melakukan perlawanan. "Kedua pelaku melakukan perlawanan dan mengeluarkan pisau serta mengarahkan kepada petugas," ujarnya. Polisi sempat melepas tembakan peringatan, namun kedua pelaku tetap melawan. Polisi akhirnya menembak mereka di bagian dada hingga meninggal dunia. Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan, mengungkapkan bahwa para pelaku ini memang mengincar pengemudi mobil yang sendirian. Mereka tidak segan untuk menganiaya ketika merampas mobil. "Mereka biasanya mengincar mobil Toyota Avanza dan Kijang Innova," kata Herry. Berdasarkan keterangan sementara, pelaku mengaku mobil curiannya dijual ke daerah Serang. Polisi masih menelusuri keberadaan mobil-mobil lain-lain hasil curian mereka. (umi) |
AuthorArchives
March 2016
Categories
All
|